selamat datang di blog pengetahuan bermakna by MUID RIADI

selamat datang di blog pengetahuan bermakna by MUID RIADI

2013-06-06

MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK



Model Pembelajaran Terbalik
oleh :
Muid Riadi-FKIP Universitas Asahan




Dalam dunia pendidikan, Suatu strategi pengajaran dan pembelajaran tentu sangat dibutuhkan oleh orang – orang yang termasuk dalam sistem pengajaran dan pembelajaran. Strategi pengajaran dan pembelajaran inilah yang nantinya di gunakan untuk mempermudah proses belajar bagi para siswa. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan mengenai Pengajaran Terbalik atau yang sering di sebut Reciprocal Teaching.

Metode pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) merupakan suatu metode yang memandirikan siswa untuk belajar dengan menerapkan empat strategi, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan, menyelesaikan soal-soal, dan menjelaskan kembali pengetahuan yang diperolehnya. pembelajaran terbalik merupakan  salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri sehingga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar mandiri.

Untuk memahami isi sebuah buku materi, siswa harus membaca,dan membaca identik dengan belajar. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.( R.Gagne dalam Slamet,1995:13 ). Sehingga dengan keterampilan yang dimilikinya siswa mampu memahami isi buku dan mampu mengatasi kesulitannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami isi suatu buku adalah model pembelajaran terbalik ( Reciprocal Teaching).













Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)

1. Karakteristik Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
Ada banyak model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk aktif belajar mandiri dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya, salah satunya adalah model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Menurut Palincsar dan Brown seperti yang dikutip oleh Slavin (dalam Ibrahim, 2007) bahwa strategi pembelajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarakan keterampilan kognitif melalui pengajaran dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa berkemampuan rendah.

Menurut Ibrahim (2007) pembelajaran terbalik adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu.Sedangkan menurut Nur dan Wikandari  (dalam Trianto, 2007), pembelajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan.

Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) merupakan prosedur pengajaran yang digunakan brown dan Palinscar untuk mengembangkan pemantauan kognitif; pelajar diminta secara bergantian memimpin kelompok belajar dalam menggunakan strategi untuk memahami dan mengingat suatu bacaan. Cara pengajaran ini menuntut sekelompok kecil pelajar, sering kali dengan pimpinan orang dewasa, secara aktif mendiskusikan bacaan pendek dengan tujuan membuat ringkasan, mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman, mengeluarkan pertanyaan untuk memperjelas gagasan atau kata-kata yang sulit atau membingungkan, dan memperkirakan hal yang akan terajdi selanjutnya.

Ann Brown (1982) dan Anne Marie Palinscar (1984) mengemukakan bahwa dengan pengajaran terbalik guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan prilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem scaffolding.

Karakteristik dari pembelajaran terbalik menurut Palinscar dan Brown (2008) adalah:
“Reciprocal teaching refers to an instructional activity that takes place in the form of a dialogue between teachers and students regarding segments of text. The dialogue is structured by the use of four strategies: summarizing, question generating, clarifying, and predicting. The teacher and students take turns assuming the role of teacher in leading this dialogue.”
Bila diterjemahkan berarti bahwa karakteristik dari pembelajaran terbalik adalah:
(1) Dialog antar siswa dan guru, dimana masing-masing mendapat giliran untuk memimpin diskusi,
(2) “Reciprocal” artinya suatu interaksi dimana seseorang bertindak untuk merespon yang lain,
(3) Dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi, yaitu: merangkum, membuat pertanyaan dan jawaban, mengklarifikasi (menjelaskan kembali), dan memprediksi. Masing-masing strategi tersebut dapat membantu siswa membangun pemahaman terhadap apa yang sedang dipelajarinya.
Pembelajaran terbalik mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk membangun pemahamannya dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya secara mandiri. Prinsip tersebut sejalan dengan prinsip dasar konstruktivisme yang beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.

Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan suatu proses aktif siswa yang sedang belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru berperan menyediakan suasana/kondisi belajar yang mendukung proses konstruksi pengetahuan pada diri siswa. Konstruktivis Cobb (Palinscar & Brown, 2008) mengemukakan bahwa konstruktivisme berfokus pada proses dimana siswa secara individu/mandiri aktif mengkonstruksi realitas matematika mereka sendiri.
Melalui pengajaran terbalik siswa diajarkan empat strategi pamahaman pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian (menjelaskan kembali) dan prediksi.Adapun tujuan dari setiap strategi-strategi yang dipilih adalah sebagai berikut:

1.      Membuat rangkuman
Strategi merangkum ini bertujuan untuk menentukan intisari dari teks bacaan, memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi dan mengintegrasikan informasi yang paling penting dalam teks.
2.      Membuat pertanyaan dan jawaban
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri atau dalam bentuk self-test untuk memastikan bahwa mereka dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka dengan baik, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif.
3.      Memprediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat dugaan tentang topik dari paragraf selanjutnya.
4.      Menjelaskan kembali
Strategi menjelaskan kembali merupakan kegiatan yang penting terutama ketika belajar dengan siswa yang memiliki sejarah kesulitan yang berbeda. Strategi ini memberikan penekanan kepada siswa untuk menjadi guru dihadapan teman-temannya (siswa guru).

Adapun penjelasan untuk masing-masing strategi adalah sebagai berikut:
a. Klarifikasi
Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata yang benar adalah hal yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier, apakah meraka dapat memaknai maksud dari suatu paragraf. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti;
“Apa maksud dari kalimat tersebut?”
“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut?”
“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraph ini?”
b. Membuat prediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat dugaan tentang topic dari paragraph selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut;
“dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkah kau menerka apa topik tulisan ini?”
“Coba pikirkan dari apa yang sudah kita baca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”
c. Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan dapat beragam, berikut beberapa contohnya:
“Apa yang kamu pikirkan ketika kamu membaca teks tersebut?”
“Pertanyaan apa saja yang dapat kamu ajukan setelah kamu membaca teks tersebut?”
“Topik apa yang membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?”
d. Membuat Rangkuman
Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut. beberapa pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain;
“Apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?”
“Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”
“Dapatkah saya menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”
Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekakan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Salah satu dasar dari pembelajaran resiprokal ini adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut beliau berpikir keras dan mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berpikir pada saat belajar.
Singkatnya, setiap strategi yang dipilih adalah sebagai sarana untuk membantu siswa dalam membangun makna dari teks juga sebagai alat pemantauan mereka membaca untuk memastikan bahwa mereka sebenarnya memahami apa yang dibaca. Masing-masing dari strategi pembelajaran terbalik ini akan membantu siswa membantu membangun pengertian terhadap materi yang sedang mereka pelajari secara mandiri.
Selanjutnya menurut Mohamad Nur (2000) untuk mempelajari strategi-strategi ini, guru dan siswa membaca bacaan yang ditugaskan dalam kelompok-kelompok kecil, dan guru memodelkan empat keterampilan tersebut-merangkum bacaan tersebut, mengajukan satu atau dua pertanyaan, mengklarifikasi poin-poin yang sulit dan berat, dan meramalkan apa yang akan ditulis pada bagian tulisan berikutnya. Pada saat pelajaran berjalan, situasinya terbalik, yaitu siswa mengambil giliran melaksanakan peran guru dan bertindak sebagai pemimpin diskusi untuk kelompok tersebut. Sementara salah seorang siswa berperan sebagai guru, guru memberikan dukungan, umpan balik, dan semangat ketika siswa-siswa belajar strategi-strategi tersebut dan membantu mereka saling mengajar satu sama lain.
Salah satu cara yang dapat ditempuh guru untuk mengoptimalkan model pembelajaran terbalik khususnya pada kelas besar dengan mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Suasana belajar dalam kelompok dapat membantu siswa untuk saling memberikan umpan balik diantara anggota kelompok. Selain itu, belajar berkelompok merupakan aspek penting dalam proses mengkonstruksi pengetahuan karena dapat membuka peluang untuk terjadinya tukar pendapat, mempertahankan argumentasi, negosiasi antar siswa atau kelompok, sehingga memancing siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Seperti menurut Wingkel (1999) bahwa keuntungan dari bekerja atau belajar dalam kelompok adalah:
a.       Mengolah materi pelajaran secara lebih mendalam dan menerapkan hasil belajar, yang telah diperoleh dengan bekerja atau belajar secara individual pada problem atau soal yang baru.
b.      Memenuhi kebutuhan siswa untuk merasa senang dalam belajar dan termotivasi dalam belajar.
c.       Memperoleh kemampuan untuk bekerjasama (social skills).

Oleh karena itu, dalam model pembelajaran terbalik siswa melakukan empat strategi penting yaitu merangkum, membuat pertanyaan dan jawaban, memprediksikan dan menjelaskan kembali. Peran guru dalam pembelajaran ini lebih sebagai motivator, fasilitator dan moderator bagi siswa. Untuk mengoptimalkan peran tersebut guru dapat menerapkan pendekatan scaffolding dalam pembelajaran. Scaffolding berarti pemberian sejumlah bantuan kepada siswa pada awal belajar dan mengurangi bantuan tersebut serta membiarkan siswa untuk mengambil alih tanggung jawab sendiri pada saat mereka dianggap mampu.

2. Tahapan Kegiatan Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)

Pada awal penerapan Pengajaran Terbalik guru memberitahukan akan memperkenalkan suatu pendekatan/strategi belajar, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedurnya. Menurut Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2007) dalam mengawali pemodelan dilakukan dengan cara membaca satu paragraf suatu bacaan. Kemudian menjelaskan dan mengajarkan bahwa pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan yaitu:
a.            Memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca dan memastikan bisa menjawabnya.
b.            Membuat ikhtisar/rangkuman tentang informasi terpenting dari wacana.
c.            Memprediksi/meramalkan apa yang mungkin akan dibahas selanjutnya; dan
Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa apakah kita bisa berhasil membuat hal-hal itu masuk akal.

Setelah siswa memahami keterampilan-keterampilan diatas, guru akan menunjuk seorang siswa untuk menggantikan perannya dalam kelompok tersebut. Mula-mula ditunjuk siswa yang memiliki kemampuan memimpin diskusi, selanjutnya secara bergilir setiap siswa merasakan/melakukan peran sebagai guru.

Langkah-langkah pembelajaran terbalik menurut Palinscar (1986) adalah sebagai berikut:
·         Pada tahapan awal pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk memimpin tanya jawab dan melaksanakan keempat strategi pembelajaran terbalik yaitu merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi.
·         Guru memperagakan bagaimana cara merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi setelah selesai membaca.
·         Selama membimbing siswa melakukan latihan menggunakan strategi pembelajaran terbalik, guru membantu siswa dalam menyelesaikan apa yang diminta dari tugas yang diberikan berdasarkan tingkat kepandaian siswa.
·         Selanjutnya, siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan atau tanpa adanya guru.
·         Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian berkenaan dengan penampilan siswa dan mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam tanya jawab ke tingkat yang lebih tinggi.

Adapun tahapan-tahapan pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) :
1)      Tahap Pertama
Guru mempersiapkan bahan ajar (LKS) yang akan dipergunakan pada pertemuan pertama dan berikutnya. LKS tersebut memuat tugas-tugas menyimpulkan (merangkum), menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, dan memprediksi suatu permasalahan. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelaompok-kelompok kecil sekitar 6-7 orang siswa.

2)      Tahap Kedua
Guru membagikan LKS yang akan dipergunakan pada pertemuan tersebut, kemudian siswa membaca bahan ajar lain (buku paket) yang mereka miliki sebagai penunjang untuk mengerjakan LKS. Selesai membaca, siswa ditugaskan mengerjakan LKS dengan cara berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Guru memperagakan peran sebagai siswa guru dengan menjelaskan hasil kesimpulan, menyampaikan pertanyaan untuk dibahas bersama, dan menyampaikan hasil prediksi dari masalah atau materi yang sedang dibahas. Pertemuan selanjutnya yang menjadi siswa guru adalah salah seorang siswa dalam kelas tersebut yang dipilih secara acak, sehingga seluruh siswa dalam kelas tersebut harus siap.

3)      Tahap Ketiga
Sebagaimana pertemuan sebelumnya, guru membagikan LKS dan siswa mengerjakan secara diskusi kelompok. Dipilih seorang siswa untuk menjadi siswa guru yang berperan aktif bersama teman-temannya membahas LKS. Dalam hal ini guru sebagai pengarah jika proses pembelajaran terhambat jalannya.
Pembelajaran terbalik juga memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk menggunakan kemampuan komunikasi matematiknya secara mandiri, karena siswa dibiasakan untuk mampu membuat kesimpulan dari suatu konsep dan menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya kepada teman-temannya. Kemampuan komunikasi matematik siswa juga akan tampak ketika siswa berusaha menyusun pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada siswa yang lainnya dan membahasnya bersama, serta membuat prediksi permasalahan-permasalahan baru dari konsep yang telah dipelajarinya. Semakin pandai siswa menggunakan strategi tersebut, kemampuan komunikasi matematik siswa pun dapat ditingkatkan.

 KESIMPULAN

Ø Pembelajaran terbalik adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu.                                                                                                                                                                            

Ø Pembelajaran terbalik mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk membangun pemahamannya dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya secara mandiri. Prinsip tersebut sejalan dengan prinsip dasar konstruktivisme yang beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.


Ø Pada awal penerapan Pengajaran Terbalik guru memberitahukan akan memperkenalkan suatu pendekatan/strategi belajar, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedurnya                                                                                                                

Ø Melalui pengajaran terbalik siswa diajarkan empat strategi pamahaman pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian (menjelaskan kembali) dan prediksi














DAFTAR BACAAN


v  Trianto, 2009.mendesain model pembelajaran inovatif-progresif, Surabaya : kencana prenada group

v Dimyati-Mudjiono.2006. belajar dan pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

v Stone, Randi. 2009. Cara-Cara terbaik mengajarkan matematika, Jakarta : PT.Indeks

v Ramdhani miftah, http://ramdhanimiftah.wordpress.com/2009/07/08/reciprocal-teaching-and-mathematic-communication/. 2009. Reciprocal Teaching and Mathematical Communication













Model Pembelajaran Terbalik
oleh :
Muid Riadi-FKIP Universitas Asahan




Dalam dunia pendidikan, Suatu strategi pengajaran dan pembelajaran tentu sangat dibutuhkan oleh orang – orang yang termasuk dalam sistem pengajaran dan pembelajaran. Strategi pengajaran dan pembelajaran inilah yang nantinya di gunakan untuk mempermudah proses belajar bagi para siswa. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan mengenai Pengajaran Terbalik atau yang sering di sebut Reciprocal Teaching.

Metode pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) merupakan suatu metode yang memandirikan siswa untuk belajar dengan menerapkan empat strategi, yaitu menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan, menyelesaikan soal-soal, dan menjelaskan kembali pengetahuan yang diperolehnya. pembelajaran terbalik merupakan  salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri sehingga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar mandiri.

Untuk memahami isi sebuah buku materi, siswa harus membaca,dan membaca identik dengan belajar. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.( R.Gagne dalam Slamet,1995:13 ). Sehingga dengan keterampilan yang dimilikinya siswa mampu memahami isi buku dan mampu mengatasi kesulitannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami isi suatu buku adalah model pembelajaran terbalik ( Reciprocal Teaching).













Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)

1. Karakteristik Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
Ada banyak model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk aktif belajar mandiri dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya, salah satunya adalah model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Menurut Palincsar dan Brown seperti yang dikutip oleh Slavin (dalam Ibrahim, 2007) bahwa strategi pembelajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarakan keterampilan kognitif melalui pengajaran dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa berkemampuan rendah.

Menurut Ibrahim (2007) pembelajaran terbalik adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu.Sedangkan menurut Nur dan Wikandari  (dalam Trianto, 2007), pembelajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan.

Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) merupakan prosedur pengajaran yang digunakan brown dan Palinscar untuk mengembangkan pemantauan kognitif; pelajar diminta secara bergantian memimpin kelompok belajar dalam menggunakan strategi untuk memahami dan mengingat suatu bacaan. Cara pengajaran ini menuntut sekelompok kecil pelajar, sering kali dengan pimpinan orang dewasa, secara aktif mendiskusikan bacaan pendek dengan tujuan membuat ringkasan, mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman, mengeluarkan pertanyaan untuk memperjelas gagasan atau kata-kata yang sulit atau membingungkan, dan memperkirakan hal yang akan terajdi selanjutnya.

Ann Brown (1982) dan Anne Marie Palinscar (1984) mengemukakan bahwa dengan pengajaran terbalik guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan prilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem scaffolding.

Karakteristik dari pembelajaran terbalik menurut Palinscar dan Brown (2008) adalah:
“Reciprocal teaching refers to an instructional activity that takes place in the form of a dialogue between teachers and students regarding segments of text. The dialogue is structured by the use of four strategies: summarizing, question generating, clarifying, and predicting. The teacher and students take turns assuming the role of teacher in leading this dialogue.”
Bila diterjemahkan berarti bahwa karakteristik dari pembelajaran terbalik adalah:
(1) Dialog antar siswa dan guru, dimana masing-masing mendapat giliran untuk memimpin diskusi,
(2) “Reciprocal” artinya suatu interaksi dimana seseorang bertindak untuk merespon yang lain,
(3) Dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi, yaitu: merangkum, membuat pertanyaan dan jawaban, mengklarifikasi (menjelaskan kembali), dan memprediksi. Masing-masing strategi tersebut dapat membantu siswa membangun pemahaman terhadap apa yang sedang dipelajarinya.
Pembelajaran terbalik mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk membangun pemahamannya dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya secara mandiri. Prinsip tersebut sejalan dengan prinsip dasar konstruktivisme yang beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.

Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan suatu proses aktif siswa yang sedang belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru berperan menyediakan suasana/kondisi belajar yang mendukung proses konstruksi pengetahuan pada diri siswa. Konstruktivis Cobb (Palinscar & Brown, 2008) mengemukakan bahwa konstruktivisme berfokus pada proses dimana siswa secara individu/mandiri aktif mengkonstruksi realitas matematika mereka sendiri.
Melalui pengajaran terbalik siswa diajarkan empat strategi pamahaman pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian (menjelaskan kembali) dan prediksi.Adapun tujuan dari setiap strategi-strategi yang dipilih adalah sebagai berikut:

1.      Membuat rangkuman
Strategi merangkum ini bertujuan untuk menentukan intisari dari teks bacaan, memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi dan mengintegrasikan informasi yang paling penting dalam teks.
2.      Membuat pertanyaan dan jawaban
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri atau dalam bentuk self-test untuk memastikan bahwa mereka dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka dengan baik, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif.
3.      Memprediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat dugaan tentang topik dari paragraf selanjutnya.
4.      Menjelaskan kembali
Strategi menjelaskan kembali merupakan kegiatan yang penting terutama ketika belajar dengan siswa yang memiliki sejarah kesulitan yang berbeda. Strategi ini memberikan penekanan kepada siswa untuk menjadi guru dihadapan teman-temannya (siswa guru).

Adapun penjelasan untuk masing-masing strategi adalah sebagai berikut:
a. Klarifikasi
Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata yang benar adalah hal yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier, apakah meraka dapat memaknai maksud dari suatu paragraf. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti;
“Apa maksud dari kalimat tersebut?”
“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut?”
“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraph ini?”
b. Membuat prediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat dugaan tentang topic dari paragraph selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut;
“dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkah kau menerka apa topik tulisan ini?”
“Coba pikirkan dari apa yang sudah kita baca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”
c. Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan dapat beragam, berikut beberapa contohnya:
“Apa yang kamu pikirkan ketika kamu membaca teks tersebut?”
“Pertanyaan apa saja yang dapat kamu ajukan setelah kamu membaca teks tersebut?”
“Topik apa yang membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?”
d. Membuat Rangkuman
Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut. beberapa pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain;
“Apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?”
“Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”
“Dapatkah saya menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”
Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekakan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Salah satu dasar dari pembelajaran resiprokal ini adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut beliau berpikir keras dan mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berpikir pada saat belajar.
Singkatnya, setiap strategi yang dipilih adalah sebagai sarana untuk membantu siswa dalam membangun makna dari teks juga sebagai alat pemantauan mereka membaca untuk memastikan bahwa mereka sebenarnya memahami apa yang dibaca. Masing-masing dari strategi pembelajaran terbalik ini akan membantu siswa membantu membangun pengertian terhadap materi yang sedang mereka pelajari secara mandiri.
Selanjutnya menurut Mohamad Nur (2000) untuk mempelajari strategi-strategi ini, guru dan siswa membaca bacaan yang ditugaskan dalam kelompok-kelompok kecil, dan guru memodelkan empat keterampilan tersebut-merangkum bacaan tersebut, mengajukan satu atau dua pertanyaan, mengklarifikasi poin-poin yang sulit dan berat, dan meramalkan apa yang akan ditulis pada bagian tulisan berikutnya. Pada saat pelajaran berjalan, situasinya terbalik, yaitu siswa mengambil giliran melaksanakan peran guru dan bertindak sebagai pemimpin diskusi untuk kelompok tersebut. Sementara salah seorang siswa berperan sebagai guru, guru memberikan dukungan, umpan balik, dan semangat ketika siswa-siswa belajar strategi-strategi tersebut dan membantu mereka saling mengajar satu sama lain.
Salah satu cara yang dapat ditempuh guru untuk mengoptimalkan model pembelajaran terbalik khususnya pada kelas besar dengan mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Suasana belajar dalam kelompok dapat membantu siswa untuk saling memberikan umpan balik diantara anggota kelompok. Selain itu, belajar berkelompok merupakan aspek penting dalam proses mengkonstruksi pengetahuan karena dapat membuka peluang untuk terjadinya tukar pendapat, mempertahankan argumentasi, negosiasi antar siswa atau kelompok, sehingga memancing siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Seperti menurut Wingkel (1999) bahwa keuntungan dari bekerja atau belajar dalam kelompok adalah:
a.       Mengolah materi pelajaran secara lebih mendalam dan menerapkan hasil belajar, yang telah diperoleh dengan bekerja atau belajar secara individual pada problem atau soal yang baru.
b.      Memenuhi kebutuhan siswa untuk merasa senang dalam belajar dan termotivasi dalam belajar.
c.       Memperoleh kemampuan untuk bekerjasama (social skills).

Oleh karena itu, dalam model pembelajaran terbalik siswa melakukan empat strategi penting yaitu merangkum, membuat pertanyaan dan jawaban, memprediksikan dan menjelaskan kembali. Peran guru dalam pembelajaran ini lebih sebagai motivator, fasilitator dan moderator bagi siswa. Untuk mengoptimalkan peran tersebut guru dapat menerapkan pendekatan scaffolding dalam pembelajaran. Scaffolding berarti pemberian sejumlah bantuan kepada siswa pada awal belajar dan mengurangi bantuan tersebut serta membiarkan siswa untuk mengambil alih tanggung jawab sendiri pada saat mereka dianggap mampu.

2. Tahapan Kegiatan Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)

Pada awal penerapan Pengajaran Terbalik guru memberitahukan akan memperkenalkan suatu pendekatan/strategi belajar, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedurnya. Menurut Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2007) dalam mengawali pemodelan dilakukan dengan cara membaca satu paragraf suatu bacaan. Kemudian menjelaskan dan mengajarkan bahwa pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan yaitu:
a.            Memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca dan memastikan bisa menjawabnya.
b.            Membuat ikhtisar/rangkuman tentang informasi terpenting dari wacana.
c.            Memprediksi/meramalkan apa yang mungkin akan dibahas selanjutnya; dan
Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa apakah kita bisa berhasil membuat hal-hal itu masuk akal.

Setelah siswa memahami keterampilan-keterampilan diatas, guru akan menunjuk seorang siswa untuk menggantikan perannya dalam kelompok tersebut. Mula-mula ditunjuk siswa yang memiliki kemampuan memimpin diskusi, selanjutnya secara bergilir setiap siswa merasakan/melakukan peran sebagai guru.

Langkah-langkah pembelajaran terbalik menurut Palinscar (1986) adalah sebagai berikut:
·         Pada tahapan awal pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk memimpin tanya jawab dan melaksanakan keempat strategi pembelajaran terbalik yaitu merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi.
·         Guru memperagakan bagaimana cara merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi setelah selesai membaca.
·         Selama membimbing siswa melakukan latihan menggunakan strategi pembelajaran terbalik, guru membantu siswa dalam menyelesaikan apa yang diminta dari tugas yang diberikan berdasarkan tingkat kepandaian siswa.
·         Selanjutnya, siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan atau tanpa adanya guru.
·         Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian berkenaan dengan penampilan siswa dan mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam tanya jawab ke tingkat yang lebih tinggi.

Adapun tahapan-tahapan pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) :
1)      Tahap Pertama
Guru mempersiapkan bahan ajar (LKS) yang akan dipergunakan pada pertemuan pertama dan berikutnya. LKS tersebut memuat tugas-tugas menyimpulkan (merangkum), menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, dan memprediksi suatu permasalahan. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelaompok-kelompok kecil sekitar 6-7 orang siswa.

2)      Tahap Kedua
Guru membagikan LKS yang akan dipergunakan pada pertemuan tersebut, kemudian siswa membaca bahan ajar lain (buku paket) yang mereka miliki sebagai penunjang untuk mengerjakan LKS. Selesai membaca, siswa ditugaskan mengerjakan LKS dengan cara berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Guru memperagakan peran sebagai siswa guru dengan menjelaskan hasil kesimpulan, menyampaikan pertanyaan untuk dibahas bersama, dan menyampaikan hasil prediksi dari masalah atau materi yang sedang dibahas. Pertemuan selanjutnya yang menjadi siswa guru adalah salah seorang siswa dalam kelas tersebut yang dipilih secara acak, sehingga seluruh siswa dalam kelas tersebut harus siap.

3)      Tahap Ketiga
Sebagaimana pertemuan sebelumnya, guru membagikan LKS dan siswa mengerjakan secara diskusi kelompok. Dipilih seorang siswa untuk menjadi siswa guru yang berperan aktif bersama teman-temannya membahas LKS. Dalam hal ini guru sebagai pengarah jika proses pembelajaran terhambat jalannya.
Pembelajaran terbalik juga memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk menggunakan kemampuan komunikasi matematiknya secara mandiri, karena siswa dibiasakan untuk mampu membuat kesimpulan dari suatu konsep dan menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya kepada teman-temannya. Kemampuan komunikasi matematik siswa juga akan tampak ketika siswa berusaha menyusun pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada siswa yang lainnya dan membahasnya bersama, serta membuat prediksi permasalahan-permasalahan baru dari konsep yang telah dipelajarinya. Semakin pandai siswa menggunakan strategi tersebut, kemampuan komunikasi matematik siswa pun dapat ditingkatkan.

 KESIMPULAN

Ø Pembelajaran terbalik adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu.                                                                                                                                                                            

Ø Pembelajaran terbalik mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk membangun pemahamannya dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya secara mandiri. Prinsip tersebut sejalan dengan prinsip dasar konstruktivisme yang beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.


Ø Pada awal penerapan Pengajaran Terbalik guru memberitahukan akan memperkenalkan suatu pendekatan/strategi belajar, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedurnya                                                                                                                

Ø Melalui pengajaran terbalik siswa diajarkan empat strategi pamahaman pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian (menjelaskan kembali) dan prediksi














DAFTAR BACAAN


v  Trianto, 2009.mendesain model pembelajaran inovatif-progresif, Surabaya : kencana prenada group

v Dimyati-Mudjiono.2006. belajar dan pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

v Stone, Randi. 2009. Cara-Cara terbaik mengajarkan matematika, Jakarta : PT.Indeks

v Ramdhani miftah, http://ramdhanimiftah.wordpress.com/2009/07/08/reciprocal-teaching-and-mathematic-communication/. 2009. Reciprocal Teaching and Mathematical Communication