Model Pembelajaran Terbalik
oleh :
Muid Riadi-FKIP Universitas Asahan
Dalam
dunia pendidikan, Suatu strategi pengajaran dan pembelajaran tentu sangat
dibutuhkan oleh orang – orang yang termasuk dalam sistem pengajaran dan
pembelajaran. Strategi pengajaran dan pembelajaran inilah yang nantinya di
gunakan untuk mempermudah proses belajar bagi para siswa. Dalam makalah ini,
kami akan menjelaskan mengenai Pengajaran Terbalik atau yang sering di sebut
Reciprocal Teaching.
Metode
pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) merupakan suatu metode yang
memandirikan siswa untuk belajar dengan menerapkan empat strategi, yaitu
menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan, menyelesaikan soal-soal, dan
menjelaskan kembali pengetahuan yang diperolehnya. pembelajaran terbalik merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki
manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri
sehingga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar mandiri.
Untuk
memahami isi sebuah buku materi, siswa harus membaca,dan membaca identik dengan
belajar. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.( R.Gagne dalam
Slamet,1995:13 ). Sehingga dengan keterampilan yang dimilikinya siswa mampu
memahami isi buku dan mampu mengatasi kesulitannya. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami isi suatu
buku adalah model pembelajaran terbalik ( Reciprocal Teaching).
Model
Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)
1. Karakteristik Pembelajaran Terbalik
(Reciprocal Teaching)
Ada
banyak model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk aktif belajar mandiri
dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya, salah satunya adalah model
pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Menurut Palincsar dan Brown
seperti yang dikutip oleh Slavin (dalam Ibrahim, 2007) bahwa strategi
pembelajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada
prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarakan keterampilan kognitif melalui
pengajaran dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan membaca pada
siswa berkemampuan rendah.
Menurut Ibrahim
(2007) pembelajaran terbalik adalah strategi belajar melalui kegiatan
mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai guru menggantikan
peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan
sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan dan
pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang
diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu.Sedangkan
menurut Nur dan Wikandari (dalam
Trianto, 2007), pembelajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang
berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan.
Pembelajaran
terbalik (reciprocal teaching) merupakan prosedur pengajaran yang digunakan
brown dan Palinscar untuk mengembangkan pemantauan kognitif; pelajar diminta
secara bergantian memimpin kelompok belajar dalam menggunakan strategi untuk
memahami dan mengingat suatu bacaan. Cara pengajaran ini menuntut sekelompok
kecil pelajar, sering kali dengan pimpinan orang dewasa, secara aktif mendiskusikan
bacaan pendek dengan tujuan membuat ringkasan, mengajukan pertanyaan untuk
meningkatkan pemahaman, mengeluarkan pertanyaan untuk memperjelas gagasan atau
kata-kata yang sulit atau membingungkan, dan memperkirakan hal yang akan
terajdi selanjutnya.
Ann Brown (1982)
dan Anne Marie Palinscar (1984) mengemukakan bahwa dengan pengajaran terbalik
guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan
menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan prilaku tertentu dan kemudian
membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri
dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem scaffolding.
Karakteristik
dari pembelajaran terbalik menurut Palinscar dan Brown (2008) adalah:
“Reciprocal
teaching refers to an instructional activity that takes place in the form of a
dialogue between teachers and students regarding segments of text. The dialogue
is structured by the use of four strategies: summarizing, question generating,
clarifying, and predicting. The teacher and students take turns assuming the
role of teacher in leading this dialogue.”
Bila
diterjemahkan berarti bahwa karakteristik dari pembelajaran terbalik adalah:
(1) Dialog antar
siswa dan guru, dimana masing-masing mendapat giliran untuk memimpin diskusi,
(2) “Reciprocal”
artinya suatu interaksi dimana seseorang bertindak untuk merespon yang lain,
(3) Dialog yang
terstruktur dengan menggunakan empat strategi, yaitu: merangkum, membuat
pertanyaan dan jawaban, mengklarifikasi (menjelaskan kembali), dan memprediksi.
Masing-masing strategi tersebut dapat membantu siswa membangun pemahaman
terhadap apa yang sedang dipelajarinya.
Pembelajaran
terbalik mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk membangun
pemahamannya dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya secara
mandiri. Prinsip tersebut sejalan dengan prinsip dasar konstruktivisme yang
beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi (bentukan) dari kita
yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan,
melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.
Dengan
demikian, proses pembelajaran merupakan suatu proses aktif siswa yang sedang
belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru berperan
menyediakan suasana/kondisi belajar yang mendukung proses konstruksi
pengetahuan pada diri siswa. Konstruktivis Cobb (Palinscar & Brown, 2008)
mengemukakan bahwa konstruktivisme berfokus pada proses dimana siswa secara
individu/mandiri aktif mengkonstruksi realitas matematika mereka sendiri.
Melalui
pengajaran terbalik siswa diajarkan empat strategi pamahaman pengaturan diri
spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian (menjelaskan
kembali) dan prediksi.Adapun tujuan dari setiap strategi-strategi yang dipilih
adalah sebagai berikut:
1.
Membuat
rangkuman
Strategi
merangkum ini bertujuan untuk menentukan intisari dari teks bacaan, memberikan
kesempatan untuk mengidentifikasi dan mengintegrasikan informasi yang paling
penting dalam teks.
2.
Membuat
pertanyaan dan jawaban
Strategi
bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman
pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri atau dalam bentuk self-test untuk memastikan
bahwa mereka dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka dengan
baik, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif.
3.
Memprediksi
Pada
tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya
dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca
untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi
berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa
diharapkan dapat membuat dugaan tentang topik dari paragraf selanjutnya.
4.
Menjelaskan
kembali
Strategi
menjelaskan kembali merupakan kegiatan yang penting terutama ketika belajar
dengan siswa yang memiliki sejarah kesulitan yang berbeda. Strategi ini
memberikan penekanan kepada siswa untuk menjadi guru dihadapan teman-temannya
(siswa guru).
Adapun
penjelasan untuk masing-masing strategi adalah sebagai berikut:
a. Klarifikasi
Dalam
suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata
yang benar adalah hal yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna dari
kata-kata yang diucapkan tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari
kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier, apakah meraka dapat
memaknai maksud dari suatu paragraf. Secara teknis hal ini dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti;
“Apa maksud dari
kalimat tersebut?”
“Kata apa yang
dapat menggantikan kata tersebut?”
“Kata atau
konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraph ini?”
b. Membuat prediksi
Pada
tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya
dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca
untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi
berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa
diharapkan dapat membuat dugaan tentang topic dari paragraph selanjutnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut;
“dari judul dan
ilustrasi gambar yang ada dapatkah kau menerka apa topik tulisan ini?”
“Coba pikirkan
dari apa yang sudah kita baca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi
nanti?”
c. Bertanya
Strategi
bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman
pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses
metakognitif. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan dapat beragam, berikut
beberapa contohnya:
“Apa yang kamu
pikirkan ketika kamu membaca teks tersebut?”
“Pertanyaan apa
saja yang dapat kamu ajukan setelah kamu membaca teks tersebut?”
“Topik apa yang
membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?”
d. Membuat Rangkuman
Dalam
membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang
penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan
tersebut. beberapa pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain;
“Apa yang
penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?”
“Apa informasi
paling penting dari bacaan ini?”
“Dapatkah saya
menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan
ini?”
Pada
dasarnya pembelajaran resiprokal menekakan pada siswa untuk bekerja dalam suatu
kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi
dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka
bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Salah satu dasar
dari pembelajaran resiprokal ini adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu
interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan pengetahuan.
Menurut beliau berpikir keras dan mendiskusikan hasil pemikirannya dapat
membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berpikir pada saat belajar.
Singkatnya,
setiap strategi yang dipilih adalah sebagai sarana untuk membantu siswa dalam
membangun makna dari teks juga sebagai alat pemantauan mereka membaca untuk
memastikan bahwa mereka sebenarnya memahami apa yang dibaca. Masing-masing dari
strategi pembelajaran terbalik ini akan membantu siswa membantu membangun
pengertian terhadap materi yang sedang mereka pelajari secara mandiri.
Selanjutnya
menurut Mohamad Nur (2000) untuk mempelajari strategi-strategi ini, guru dan
siswa membaca bacaan yang ditugaskan dalam kelompok-kelompok kecil, dan guru
memodelkan empat keterampilan tersebut-merangkum bacaan tersebut, mengajukan
satu atau dua pertanyaan, mengklarifikasi poin-poin yang sulit dan berat, dan
meramalkan apa yang akan ditulis pada bagian tulisan berikutnya. Pada saat
pelajaran berjalan, situasinya terbalik, yaitu siswa mengambil giliran
melaksanakan peran guru dan bertindak sebagai pemimpin diskusi untuk kelompok
tersebut. Sementara salah seorang siswa berperan sebagai guru, guru memberikan
dukungan, umpan balik, dan semangat ketika siswa-siswa belajar
strategi-strategi tersebut dan membantu mereka saling mengajar satu sama lain.
Salah
satu cara yang dapat ditempuh guru untuk mengoptimalkan model pembelajaran
terbalik khususnya pada kelas besar dengan mengelompokkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil. Suasana belajar dalam kelompok dapat membantu siswa
untuk saling memberikan umpan balik diantara anggota kelompok. Selain itu,
belajar berkelompok merupakan aspek penting dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan karena dapat membuka peluang untuk terjadinya tukar pendapat,
mempertahankan argumentasi, negosiasi antar siswa atau kelompok, sehingga
memancing siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Seperti menurut
Wingkel (1999) bahwa keuntungan dari bekerja atau belajar dalam kelompok adalah:
a.
Mengolah
materi pelajaran secara lebih mendalam dan menerapkan hasil belajar, yang telah
diperoleh dengan bekerja atau belajar secara individual pada problem atau soal
yang baru.
b.
Memenuhi
kebutuhan siswa untuk merasa senang dalam belajar dan termotivasi dalam belajar.
c.
Memperoleh
kemampuan untuk bekerjasama (social skills).
Oleh
karena itu, dalam model pembelajaran terbalik siswa melakukan empat strategi
penting yaitu merangkum, membuat pertanyaan dan jawaban, memprediksikan dan
menjelaskan kembali. Peran guru dalam pembelajaran ini lebih sebagai motivator,
fasilitator dan moderator bagi siswa. Untuk mengoptimalkan peran tersebut guru
dapat menerapkan pendekatan scaffolding dalam pembelajaran. Scaffolding berarti
pemberian sejumlah bantuan kepada siswa pada awal belajar dan mengurangi
bantuan tersebut serta membiarkan siswa untuk mengambil alih tanggung jawab
sendiri pada saat mereka dianggap mampu.
2. Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching)
Pada awal
penerapan Pengajaran Terbalik guru memberitahukan akan memperkenalkan suatu
pendekatan/strategi belajar, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedurnya.
Menurut Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2007) dalam mengawali pemodelan
dilakukan dengan cara membaca satu paragraf suatu bacaan. Kemudian menjelaskan
dan mengajarkan bahwa pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan yaitu:
a.
Memikirkan
pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca
dan memastikan bisa menjawabnya.
b.
Membuat
ikhtisar/rangkuman tentang informasi terpenting dari wacana.
c.
Memprediksi/meramalkan
apa yang mungkin akan dibahas selanjutnya; dan
Mencatat apabila
ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian,
selanjutnya memeriksa apakah kita bisa berhasil membuat hal-hal itu masuk akal.
Setelah siswa
memahami keterampilan-keterampilan diatas, guru akan menunjuk seorang siswa
untuk menggantikan perannya dalam kelompok tersebut. Mula-mula ditunjuk siswa
yang memiliki kemampuan memimpin diskusi, selanjutnya secara bergilir setiap
siswa merasakan/melakukan peran sebagai guru.
Langkah-langkah pembelajaran terbalik menurut
Palinscar (1986) adalah sebagai berikut:
·
Pada
tahapan awal pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk memimpin tanya jawab
dan melaksanakan keempat strategi pembelajaran terbalik yaitu merangkum,
menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi.
·
Guru
memperagakan bagaimana cara merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan
kembali, dan memprediksi setelah selesai membaca.
·
Selama
membimbing siswa melakukan latihan menggunakan strategi pembelajaran terbalik,
guru membantu siswa dalam menyelesaikan apa yang diminta dari tugas yang
diberikan berdasarkan tingkat kepandaian siswa.
·
Selanjutnya,
siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan atau tanpa adanya guru.
·
Guru
bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian berkenaan dengan
penampilan siswa dan mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam tanya jawab ke
tingkat yang lebih tinggi.
Adapun tahapan-tahapan pembelajaran terbalik (reciprocal
teaching) :
1) Tahap Pertama
Guru
mempersiapkan bahan ajar (LKS) yang akan dipergunakan pada pertemuan pertama
dan berikutnya. LKS tersebut memuat tugas-tugas menyimpulkan (merangkum),
menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, dan memprediksi suatu permasalahan.
Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelaompok-kelompok kecil sekitar 6-7
orang siswa.
2) Tahap Kedua
Guru membagikan
LKS yang akan dipergunakan pada pertemuan tersebut, kemudian siswa membaca
bahan ajar lain (buku paket) yang mereka miliki sebagai penunjang untuk
mengerjakan LKS. Selesai membaca, siswa ditugaskan mengerjakan LKS dengan cara
berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Guru memperagakan peran sebagai siswa
guru dengan menjelaskan hasil kesimpulan, menyampaikan pertanyaan untuk dibahas
bersama, dan menyampaikan hasil prediksi dari masalah atau materi yang sedang
dibahas. Pertemuan selanjutnya yang menjadi siswa guru adalah salah seorang
siswa dalam kelas tersebut yang dipilih secara acak, sehingga seluruh siswa
dalam kelas tersebut harus siap.
3) Tahap Ketiga
Sebagaimana
pertemuan sebelumnya, guru membagikan LKS dan siswa mengerjakan secara diskusi
kelompok. Dipilih seorang siswa untuk menjadi siswa guru yang berperan aktif
bersama teman-temannya membahas LKS. Dalam hal ini guru sebagai pengarah jika
proses pembelajaran terhambat jalannya.
Pembelajaran
terbalik juga memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk
menggunakan kemampuan komunikasi matematiknya secara mandiri, karena siswa
dibiasakan untuk mampu membuat kesimpulan dari suatu konsep dan menjelaskan
kembali pengetahuan yang telah diperolehnya kepada teman-temannya. Kemampuan
komunikasi matematik siswa juga akan tampak ketika siswa berusaha menyusun
pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada siswa yang lainnya dan membahasnya
bersama, serta membuat prediksi permasalahan-permasalahan baru dari konsep yang
telah dipelajarinya. Semakin pandai siswa menggunakan strategi tersebut,
kemampuan komunikasi matematik siswa pun dapat ditingkatkan.
KESIMPULAN
Ø Pembelajaran
terbalik adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada
strategi ini siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk
mengajarkan teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model
yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan dan pembimbing yang
melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang
yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu.
Ø Pembelajaran
terbalik mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk membangun
pemahamannya dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya secara
mandiri. Prinsip tersebut sejalan dengan prinsip dasar konstruktivisme yang
beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi (bentukan) dari kita
yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal
ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang
mempelajarinya.
Ø Pada awal
penerapan Pengajaran Terbalik guru memberitahukan akan memperkenalkan suatu
pendekatan/strategi belajar, menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedurnya
Ø Melalui
pengajaran terbalik siswa diajarkan empat strategi pamahaman pengaturan diri
spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian
(menjelaskan kembali) dan prediksi
DAFTAR
BACAAN
v
Trianto, 2009.mendesain model pembelajaran inovatif-progresif, Surabaya : kencana
prenada group
v
Dimyati-Mudjiono.2006. belajar dan pembelajaran, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
v
Stone, Randi. 2009. Cara-Cara terbaik mengajarkan matematika,
Jakarta : PT.Indeks
v
Ramdhani miftah, http://ramdhanimiftah.wordpress.com/2009/07/08/reciprocal-teaching-and-mathematic-communication/. 2009. Reciprocal Teaching and Mathematical Communication
v
http://lawangsains.blogspot.com/2011/04/pengajaran-terbalik-reciprocal-teaching.html.
2011. Pengajaran
terbalik